Sabtu, 01 Agustus 2020

AKSES JALAN DAN JEMBATAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN


1.Titi Panen.
Apabila pasar pikul melalui parit atau saluran air, maka harus dipasang titi panen. Tahapan pemasangan titi panen menyesuaikan kondisi masing-masing areal, dapat langsung dibuat rasio 1:2 atau bertahap mulai dari 1:8 pada tahun  pertama, 1:4 pada tahun kedua dan 1:2 pada tahun ke tiga.

Jumlah titi panen, tergantung jumlah parit dan saluran air. Panjang titi panen tergantung lebar parit dan saluran air. Lebar titi panen tergantung kebutuhan, tapi sekurang-kurangnya 20 cm. Titi panen dapat dibuat dari kayu atau di buat permanen dari beton. Pemasangan titi panen pada field drain (subsidiary), harus selesai pada tahun pertama.

2.Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan.
a.Penimbunan Jalan.
Pada areal rendahan/rawa, perlu dilakukan penimbunan jalan setelah pembuatan jalan selesai. Jalan yang telah ditimbun dengan tanah harus segera di bentuk, diratakan dan dipadatkan.
Perhitungan kebutuhan tanah dihitung berdasarkan lebar jalan dan ketebalan penimbunan yang dinginkan.

    -Kebutuhan tanah perkilo meter untuk penimbunan CR adalah: 1 km x 5 meter (lebar) x 0,5 meter (tebal)= 2.500 meterkubik/km.
    -Kebutuhan tanah perkilometer untuk penimbunan MR adalah : 1 km x 7 meter (lebar) x 0,5 meter (tebal)=3.500 meterkubik/km.


b.Pengerasan Jalan.
Pengerasan jalan pada periode TBM merupakan pengerasan jalan awal. Pengerasan jalan dilakukan secara bertahap dimulai pada tahun kedua, dengan ketentuan sebagai berikut:
    -Pengerasan jalan pada tahun kedua meliputi pengerasan MR 100% dan CR 25%.
    -Pengerasan jalan pada tahun ketiga meliputi pengerasan CR 50%.
    -Pengerasan jalan pada tahun ke empat (TM 1) meliputi pengerasan sisa CR 25%.
Material pengerasan jalan biasa di gunakan adalah sirtu/laterit/krosok/puru. Tergantung ketersedianya di lokasi perkebunan dan mudah di jangkau.

Perhitungan kebutuhan material pengerasan jalan dihitung berdasarkan lebar jalan dan ketebalan pengerasan jalan yang dinginkan.
    -Kebutuhan material perkilometer untuk pengerasan CR adalah : 1 km x 4 meter (lebar) x 0,075 
      meter (tebal) = 300 meter kubik/km ketebalan dapat disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
    -Kebutuhan material perkilometer untuk pengerasan MR adalah : 1 km x 5 meter (lebar) x 0,080              meter (tebal) = 400 meter kubik/km ketebalan dapat disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
Sebelum dikeraskan harus dipastikan bahwa jalan telah digreader, permukaan jalan rata dan tidak tergenang air serta bersih. Bahan pengerasan di ecer ditengah  jalan dalam jumlah dan jarak yang disesuaikan dengan volume bahan perkilometer dan harus langsung diratakan menggunakan greader dan mining bucket sampai berbentuk dengan greader.

c.Pengadaan Material Pelaksanaan Penimbunan dan Pengerasan Jalan.
Penimbunan dan pengerasan jalan biasanya dikerjakan oleh kontraktor, yang mana lingkup pekerjaanya meliputi pelaksanaan penimbunan/pengerasan jalan atau sebatas pengangkutan materaial saja.

Dalam kontrak kerja hanya sebatas pengankutan material saja, maka perlu dilakukan pengukuran volume material yang masuk ke kebun, pengukuran volume material dilakukan dengan cara berikut:
    -Dilakukan pengukuran panjang dan lebar truk sebelum pengisian untuk perhitungan volume muatan setiap truk.
    -Permukaan material dalam bak truk diratakan dan diukur tingginya menjadi tiga bagian yaitu bagian depan, tengah dan belakang kemudian dihitung rata-rata tingginya dengan rumus sebagai berikut.
    Tinggi = tinggi depan + tinggi tengah + tinggi belakang/ 3 = Tinggi rata-rata muatan truk.
    -Volume material dihitung dengan rumus sebagai berikut.
    Volume material = Panjang x lebar x tinggi = volume material.
    -Untuk pengangkutan tanah dan laterit atau furu , maka pengukuran volume material cukup dilakukan sebanyak 10% ritase per hari untuk jenis truk yang sama. Apabila ada lebih dari satu jenis truk, maka pengukuran dilakukan terhadap 10% ritase perhari per jenis truk. Hasil pengukuran sampel ini 10% kemudian rata-rata dan di jadikan sebagai volume muatan jenis truk tersebut.
    -Untuk pengankutan material sirtu, pengukuran material perlu dilakukan setiap ritasenya.
    -Selain pengukuran volume, kualitas material pengerasan jalan sirtu juga perlu diperiksa dengan mengambil sampel 105 setiap harinya, untuk melihat apakah kualitas material sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya.

Proses pengadaan material ini harus diawasi dengan baik, termasuk pencatatan hasil sampling, jenis truk yang masuk dan kualitas material pengerasan dan penimbunan.

d.Perawatan Jalan.
Perawatan jalan meliputi pekerjaan pembentukan badan jalan kembali menggunakan greader dan selanjutnya diikuti pemadatan jalan menggunakan roller. Badan jalan harus dibuat cembung untuk menghindari genangan air. Grading dilaksanakan 2 kali pertahun. Grading MR dilakukan terlebih dahulu dan apabila seluruhnya telah selesai, baru dilakukan grading CR. Pelaksanaan grading tidak boleh dilakukan pada saat musim hujan. 

e.Pembuatan Jembatan.
Jembatan b, box culvert dan gorong-gorong di buat secara bertahap. Untuk sementara, jembatan dibuat menggunakan kayu yang ada saat pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Pergantian jembatan kayu menjadi jembatan permanen dilakukan secara bertahap, tergantung curah hujan dan kekuatan kayu jembatan yang dibuat sementara pada waktu land clearing.

Pembuatan box culvert atau gorong-gorong ditentukan sebagai berikut:
-Jika lebar parit > 2 meter, maka dibuat jembatan.
-Jika lebar parit < 2 meter dan debit air mengair sepanjang tahun maka perlu di buat gorong-gorong atau box culvert sesuai dengan kebutuhan dilapangan.

Terima Kasih.

Penulis Turyono.

Rabu, 29 Juli 2020

TANAMAN SAWIT BELUM MENGHASILKAN 1



1-Sensus ( Untuk suppliying/Infiling).
Sensus merupakan pekerjaan awal yang harus dilakukan sebelum penyisipan untuk mengetahui jumlah pokok yang harus disisip. Sensus dilakukan pada umur sawit 2,6 dan 10 bulan setelah tanam.

2-Penyisipan (Supplying/Infiling).
Penyisipan bertujuan untuk memenuhi titik tanam sesuai standart per hektar yang dinginkan sehingga menghasilkan produksi yang maksimal. Penyisipan titik kosong harus selesai pada saat tanaman berumur 18 bulan. Bibit yang di tanam sebaiknya menggunakan Bibit APM. Penyisipan sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan. sehingga prosentase tumbuh dan hidup tinggi.

3-Sensus dan Penyisipan pPokok Abnormal.
Sensus pokok abnormal mulai dilakukan pada umur 12 bulan setelah tanam. Berikut adalah ciri-ciri pokok abnormal dilapangan yang harus diganti/disisip.

a.Limp or Flaccid Appearance.
Pokok yang kelihatanya lemah dengan pelepah yang kelihatan layu.
b.Acute Pinae.
Pokok kelihatan kurus dan tinggi dengan sudut letak pelepah yang sempit, hampir tegak lurus.
c.Chimaera.
Pokok dengan sebagian anak daunnya berwarna pucat atau kuning terang.
d.Juvenille.
Pokok dengan helai anak daun yang tidak terpisah atau menyatu terus.
e.Runt/Stunted. (Kerdil pertumbuhanya lambat dan kecil tidak membesar).
f.Short Broad Pinnae.
Pokok kelihatan padat, karena letak pelepah berdekatan.
g.Flat top form.
Pokok kelihatan rata, karena pelepah yang tumbuh baru lebih pendek dari pelepah yang lama.
h.Short Internode.
Pokok dengan jarak antar helai daun yang terlihat sangat dekat.
i.Pokok yang terserang Crown disease.
j.Pokok dengan pangkal batang membesar.
k.Pokok Steril.
Pokok yang mana terbentuk buah selalu gugur karena faktor genetis. Biasanya pokok tumbuh dengan sangat subur dengan produksi buah yang sangat banyak tetapi membusuk sebelum masak.

Pokok abnormal diberi tanda X atau dikat pakai tali rafia merah untuk selanjutnya di bongkar dan setelah satu bulan baru disisp dengan bibit yang baru.
Sebelum dilakukan pembongkaran, jumlah pokok/ha yang harus diidentifikasi sebagai area statment.

4-Sensus dan Penyisipan Pokok Unproduktif.
Sensus unproduktif dilakukan bersamaan dengan ablasi, dimulai ketika muncul bunga betina sekitar umur 14 bulan dan berakhir pada umur 20 bulan.  

Sensus pokok unproduktif dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a-Pokok yang dibuang bunga betinanya, diberi tanda titik/dot pada pelepahnya ( menggunakan cat putih yang tahan lama).
b-Pelepah yang diberi tanda adalah pelepah bagian tengah yang menghadap ke pasar pikul dan tanda diberikan tepat pada pertengahan pelepah supaya mudah untuk di lihat.
c-Jumlah titik berdasarkan pada jumlah bunga betina yang di buang.
d-Sensus dilakukan 4 kali dengan interval 2 bulan.
e-Apabila sudah mencapai 3 titik, maka tanda berikutnya berupa strip garis putih dengan panjang kurang lebih 5 cm, yang berarti bahwa pokok tersebut mempunyai 4 bunga betina yang produktif.
f-Apabila pengamatan pertama, sudah ditemui pokok mempunyai minimal bunga betina 4 tandan maka langsung diberi tanda strip.
g-Dilakukan perhitungan prosentase jumlah pokok yang mempunyai titik 1, 2 dan 3 dan tanda strip serta pokok yang tidak mempunyai tanda.

Jumlah pokok/ha yang akan dibongkar harus dilaporkan ke atasan atau yang punya kebun pribadi, dan untuk pelaksaanaan pembongkaran harus mendapatkan persetujuan. Pembongkaran dimulai pada pokok yang mempunyai titik. Penyisipan unproduktif harus selesai sebelum tanaman berumur 24 bulan.

5-Ablasi.
Ablasi merupakankegiatan pembuangan bunga jantan dan bunga betina. Ablasi bertujuan untuk mengalihkan nutrisiyang digunakan untuk pembentukan buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif, karena sampai dengan umur 20 bulan, bunga yang dihasilkan masih belum membentuk buah yang sempurna sehingga ekonomis untuk diolah. Dengan pengalihannutrisi untuk pertumbuhan vegetatif, maka tanaman kelapa sawit akan semakin kuat sehingga pertumbuhan buah akan lebih besar.

Ablasi mulai pada umur 14 bulan sampai 20 bulan atau pada saat bunga muncul. Dengan interval 2bulan sekali. Pada saat ablasi, bunga/buah hermaphrodit juga harus dibuang. Pada ablasi rotasi terakhir, bunga jantan tidak boleh dibuang, karena akan digunakan sebagai media pengembangan elaidobius camerunicus. Alat yang digunakan untuk ablasi adalah dodos chisel dengan lebar mata dodos 7,5 cm, sehingga mudah dan cepat dalam melakukan pekerjaan.

Terima kasih.

Penulis Turyono.

Senin, 27 Juli 2020

KRANI PANEN DAN PENGANGKUTAN KELAPA SAWIT



1-Krani Panen.
Krani panen bertugas membantu mandor panen dalam pencatatan penerimaan buah (TBS)yang di panen pada hari tersebut, Memeriksa mutu TBS dan mencatat secara detail TPH per TPH, agar tidak ada kesalahan dalam penerimaan TBS serta membantu pengelolaan pengiriman buah (TBS) ke pabrik. Setiap mandor panen akan dibantu oleh 1 orang kerani panen. Kebutuhan krani panen menyesuaikan jumlah mandor panen.

Adapun tugas krani panen adalah sebagai berikut.
-Menghitung dan memeriksa TBS seta brondolan yang disusun di TPH. TBS yang tidak disusun Di TPH tidak diterima dan tidak di hitung sebagai pendapatan pemanen. Buah mentah diberi tanda x dan tidak di hitung sebagai pendapatan. Total TBS dan brondolan yang telah dihitung ditulis pada salah satu tangkai TBS tersebut.

-Buah kedaluarsa (buah yang dipanen pada rotasi sebelumnya ) harus di ketek Brondolannya ( jika terlalu masak) dantandan kosong harus dibuang pada gawangan mati.

-Memastikan tidak ada TBS dengan tangkai panjang.

-Mencatat penerimaan TBS pada buku yang telah ditentukan, yaitu yang mencantumkan no.TPH dan jumlah TBS, serta memisahkan buah normal, buah mentah, dan tandan kosong. Tidak dibenarkan mencatat pada buku lainya. Bila terjadi kesalahan tidak boleh ditpe-X atau dirobek, tetapi cukup dicoret saja, apabila terlalu banyak sebaiknya diganti pada halaman selanjutnya.

-Memberikan denda kepada pemanen yang tidak melaksanakan penen dengan benar seperti memanen buah mentah, dan tangkai panjang tidak dipotong.

-Menuliskan output pemanen dalam buku potong buah dan menyerahkanya kepada mandor panen pada sore harinya.

Menyiapkan kendaraan pengangkut TBS ke pabrik sesuai kebutuhan buah dilapangan.

-Menyiapkan tenaga muat TBS untuk memenuhi kendaraan yang telah disediakan, jika tenaga muat tidak disediakan oleh kontraktor.

-Memetakan keberadaan TBS yang ada dilapangan (termasuk restan bila ada ) sehingga proses pengankutan buah dapat berjalan lancar dan efisien.

-Memastikan seluruh TBS dan brondolan yang dipanen dapat terangkut kepabrik semuanya.

-Memastikan muatan kendaraan pengankut tidak over load, agar tidak merusak jalan dan kendaran.

Mandor panen harus melakukan inspeksi detail setiap hari sebelum panen selesai terhadap minimal 3 orang pemanen. Bersama asisten dan mandor 1 serta mandor panen juga melakukan inspeksi detail terhadap 1 orang pemanen Dan pembrondol.
Inspeksi panen detail meliputi:
a.Buah matang tidak dipanen.
b.Buah tinggal dipirngan, pasar pikul, gawangan mati dan parit.
c.Brondolan tidak di kutib.
d.Buah mentah dipanen.
e.Buah dengan tangkai panjang.
F. Kesalahan memotong dan penyusunan pelepah.

Hasil inspeksi detail dicatat dalam format laporan sesuai standart.

-Pengawasan panen juga harus dilakukan oleh estate manager atau pemilik kebun itu sendiri. dan harus memonitor output pemanen dan pembrondol supaya terjaga dan tetap tinggi prestasinya.
-Output pemanen harus mencapai 1,6 ton/Hk untuk panen di TM 3 dan untuk TM 5 Tahun ke ats output panen harus bisa mencapai diatas 2 ton/Hk.

2-Kualitas TBS.
TBS yang dipanen harus sesuai dengan kriteria kematangan buah, yang mana TBS di katakan matang terdapat 2 brondolan lepas per kg TBS. Untuk memastikan bahwa TBS yang dipanen dan dikirim ke pabrik berkualitas baik, maka perlu dilakukan grading terhadap TBS yang telah di panen. Grading dilakukan minimal 10% dari produksi yang diterima di PKS. Grading harus disaksikan petugas dari perwakilan kebun estate dan ( petani mandiri atau pemilik kebun jika pribadi).

3-Premi Panen.
Ketentuan premi panen didasarkan pada.
-Umur tanaman yang amna menyangkut tinggi tanaman.
-Kondisi topografi areal panen.
-Kondisi tanaman yang berhubungan dengan produktifitas tanaman.
-Rata-rata output pemanen dan pembrondol.

Ada 2 jenis premi panen yang berlaku di perkebunan yaitu:
-Perhitungan premi berdasarkan jumlah tandan/janjang yang didapat oleh pemanen.
-Perhitungan premi berdasarkan berat (kg) TBS yang di panen oleh pemanen.

4-Pengankutan buah (TBS).
TBS yang telah dipanen harus diusahakan secepatnya diangkut kepabrik pada hari yang sama. Sebelum TBS diangku ke pabrik, harus dipastikan bahwa seluruh TBS di TPH telah diperiksa, dicatat, memiliki identitas yang cukup dan siap untuk diangkut ke pabrik (PKS).

Pemuatan TBS dilakukan manual atau mekanis. Pemuatan secara manual minimal membutuhkan 2 orang perkendaraan. Pemuatan secara mekanis dapat dilakukan dengan kendaran yang dilengkapai crane grapple. Pengangkutan secara mekanis ini membutuhkan 1 orang sebagai kernet/operator crane grapple. TBS yang akan diangkut menggunakan crane grapple harus disusun di TPH oleh kernet sesuai daya muat dari crane grapple.

Pada saat pemuatan TBS dan brondolan, harus dipastikan tidak ada sampah, tanah, pasir dan batu yang dapat terangkut ke pabrik. Dilarang mengguankan sekop atau cangkul untuk membantu pemuatan brondolan ke kendaraan, karena dapat menyebabkan kerusakan di pabrik jika sampah batu terikut kepabrik pengolahan kelapa sawit.

Pengankutan TBS ke pabrik dapat dilakukan sendiri oleh kendaraan kebun atau dikontrakan oleh pihak ketiga. Jika dilakukan oleh kontraktor mak harga angkut dihitung per kilogram TBS hasil penimbangan di pabrik. Dihitung dan harga di tentukan berdasarkan jarak jauh yang melewati jalan raya , maka kendaraan harus dilengkapi dengan jaring atau net dan diberi segel yang hanya dapat dibuka oleh petugas pabrik untuk mencegah pencurian. Selain itu sebelum keluar buah, terlebih dahulu harus ditimbang di kebun. hasil timbangan di kebun dikroscek dengan timbangan di pabrik untuk meminimlkan pencurian dan pencocokan hasil timbangan.

Terima kasih.

Penulis Turyono.

Minggu, 26 Juli 2020

PENGAWASAN PANEN KELAPA SAWIT


1-Pengawasan panen.
Kualitas panen, baik kualitas buah maupun kualitas pemotongan buah sangat ditentukan olah pengawasan/su[ervisi panen. Pengawasan panen dilakukan oleh mandor 1, mandor panen dan krani panen.

-a.Mandor 1.
Mandor satu bertugas membantu Asisten Divisi dalam mengelola divisi, tugas utamanya adalah melakukan supervisi kegiatan panen, pemupukan dan pemeliharaan lainya serta memastikan kegiatan yang direncanakan oleh Asisten Divisi berjalan dengan baik.
Kebutuhan mandor 1 tergantung pada luasan divisi, Idealnya 1 Divisi mempunyai 1 orang mandor 1.

Adapun tugas seorang mandor 1 secara terperinci adalah sebagai berikut.
-Membantu Asisten Divisi melakukan supervisi kegiatan pemeliharaan, pemupukan, dan panen dalam lingkup divisinya.
-Bersama Asisten Divisi menyususn rencana kerja harian setiap sore hari pada hari H-1.
-Memastikan seluruh karyawan, baik karyawan tetap maupun BHL, bekerja sesuai dengan rencana kerja harian yang telah di buat sebelumnya oleh asisten dan mandor 1.
-Membuat perhitungan perkiraan panen dan keperluan banyaknya pemanen untuk besok hari (berdasarkan perkiraan hasil panen mandor panen) serta mendiskusikanya dengan Asisten Divisi.
-Melakukan pemeriksaan kualitas buah dan ancak panen, untuk memastikan tidak ada buah matang yang tertinggal dan tidak ada buah mentah di panen serta brondolan telah terkutib seluruhnya.
-Memeriksa administrasi panen serta memastikan administrasi panen di jalankan dengan baik dan benar.
-Memonitor pengankutan buah (TBS) dan memastikan semua TBS hasil panen diangkut semuanya ke pabrik pengolahan kelapa sawit. (PKS).
-Memonitor output pekerja (Hk/Ha) dan mendiskusikanya dengan mandor sore harinya.
-Berkoodinasi dengan asisten Divisi dan menjalankan kebijakanya Asisten Divisi.

-b.Mandor Panen.
Mandor panen bertugas untuk membantu Asisten Divisi dan mandor 1 dalam pengawasan kegiatan panen, meliputi pengawasan mutu buah dan mutu ancak , absensi, output pemanen & pembrondol, pengaturan ancak panen dan sebagainya. Kebutuhan mandor panen per Divisi tergantung jumlah pemanen pada divisitersebut. Pad Tm tahun ke-1 sampai tahun k-3, Seorang mandor panen dapat mengawasi 15 orang pemanen sementara Untuk TM tahun ke empat dan seterusnya , seorang mandor panen dapat mengawasi 12 orang pemanen , Idealnya seorang mandor panen dapat mengawasi 12-15 orang pemanen.


Adapun tugas-tugas mandor panen secara terperinci adalah sebagai berikut.
-Melakukan lingkaran pagi (morning muster) pada pukul 06.00 pagi, Untuk memberikan motivasi terhadap pemanen, memberi tahu kesalahan pemanen dan output panen yang telah dicapai.
-Melakukan absensi dan memastikan jumlah pemanen mencukupi.
-Memeriksa peralatan panen karyawan, apakah sudah lengkap atau belum lengkap.
-Membagi ancak panen dan memastikan pemanen bekerja sesuai dengan ancak yang telah ditentukan.
-Memastikan seluruh ancak telah dipanen dengan benar.
-Mematikan tidak ada buah masak yang tidak dipanen pada setiap ancak dan tidak ada buah mentah yang dipanen (buah mentah dipanen tidak boleh diperam dan harus dikeluarkan ke TPH.
-Memastikan tangakai buah di potong v-cut sehingga berbentuk mulut kodok.
-Memastikan semua buah yang dipanen diangkut ke TPH dan tidak ada yang tertinggal di ancak panen.
-Memastikan tidak ada pelepah sengkleh dan semua pelepah yang terpotong tersusun rapih dan sesuai dengan ketentuan L-Ship atau U-Ship.
-Memastikan seluruh brondolan telah terkutib diseluh TPH.
-Membantu kerani panen atas sanksi/denda yang akan diberikan kepada pemanen sesuai hasil pemeriksaan mutu buah dan ancak panen.
-Memeriksa buku krani panen untuk mengetahui output pemanen dan pembrondol, terutama yang outputnya rendah tidak mencapai target standart borong.
-Mengatur pengangkutan TBS ke pabrik dan memastikan seluruh TBS yang dipanen diangkut ke pabrik pada hari yang sama.
-Memastikan kerapatan buah pada areal yang akan dipanen besok, Untuk menghitung taksasi panen esok hari dan mengisi administrasi panen di kantor divisi.

Terima kasih.

Penulis Turyono.

Sabtu, 25 Juli 2020

PANEN KELAPA SAWIT


1-Pendahuluan.
Panen merupakan kegiatan rutin yang sangat penting di perkebunan, sehingga harus dilakukan pada saat yang tepat, yaitu pada saat tandan buah segar (TBS) mencapai kematangan yang sempurna supaya di peroleh rendemen/ekstraksi yang maksimal. Panen sesuai standart sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas minyak. Untuk mencapai hal tersebut di perlukan perencanaan, manajemen, dan pengawasan yang teratur dan konsisten.

2-Sistem Ancak Panen.
Ancak panen merupakan luasan areal panen per individu pemanen yang harus di panen pada hari tersebut. Pembagian ancak panen harus diatur agar memudahkan supervisi dan pengangkutan hasil. Ada beberapa sistem ancak panen yang diterapkan di perkebunan kelapa sawit, diantaranya sistem ancak tetap dan ancak giring, ancak giring tetap per mandoran dan ancak D6. Sistem ancak yang direkomendasikan oleh perusahaan adalah sitem ancak panen D6 adalah sistem ancak tetap untuk setiap pemanen di perkebunan kelapa sawit perusahaan dan pribadi/perorangan.

a.Sistem ancak tetap.
Dalam sistem ini, areal yang harus di panen secara rutin oleh masing-masing pemanen adalah tetap/sama. Pemanen harus menyelsaikan panen pada areal dan luasan yang telah ditentukan setiap harinya. Apabila ada pemanen yang tidak bekerja , maka mandor panen harus mencari gantinya.
Kelebihan sistem ini adalah sebagai berikut.
-Tanggung jawab pemanen terhadap ancak tinggi karena akan di panen setaiap hari.
-Jika  pemanen melakukan kesalahan kita dapat mengetahui dengan pasti siyapa yang melakukanya di setiap ancaknya.

b.Sistem ancak D6.
Sistem D6 merupakan penggabungan dari sistem ancak tetap dan ancak giring tetap. Areal TM di setiap divisi harus dibagi menjadi 6 bagian, dengan dasar 6 hari kerja dalam satu minggu (senin sampai sabtu).
Seluruh pemanen dan pembrondol sesuai jumlah mandoran yang ada. Bekerja secara serentak dalam satu blok dan selanjutnya pindah keblok berikutnya sampai selesai ancak pada hari itu. Ancak panen di tetapkan 2-4 baris per pemanen per blok. Panen tiap blok diselsaikan sampai pasar kontrol TBs yang dipanen langsung ke TPH. Selanjutnya dilanjutkan ke ancak depan dalam satu blok.

Pada setiap sudut blok dipasang tanda berupa plat seng dengan ukuran 20 cm x 20 cm sesuai ancaknya. Contoh: D1 untuk hari pertama atau senin, dan D2 untuk hari selasa dan seterusnya sampai 6 hari.

Kelebihan dari sistem ancak D6 adalah sebagai berikut:
-Cepat keluar sehingga transportasi lebih cepat dan efisien.
-Pengawasan lebih mudah.
-Tanggung jawab pemanen lebih tinggi untuk mempertahan kualitas panen/ancak panen tersebut.
-Keamana hasil panen lebih terjamin.
-Kondisi jalan lebih terjaga.
-Output pemanen lebih konsisten.

Walaupun sistem ini sulit diterapkan pada areal teras dan blok tidak standart, namun dengan perencanaan dan pengaturan yang baik, hal ini dapat di atasi dan di aplikasikan sesuai harapan.

3-Pelaksanaan Panen.
-Pelakasanaan potong buah pada tanaman muda (sampai dengan ketinggian pokok 1 meter) dilakukan tanpa memotong pelepah atau istilahnya curi buahnya saja. Dan harus di usahakan jangan sampai ada yang sengkleh. Sementara pada tanaman tua, semua pelepah songgo (pelepah yang menopang buah) di potong rapat kebatang. Jumlah pelepah harus dipertahan kan sesuai standart. Pelepah yang terpotong harus disusun sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.

-TBS yang sudah dipanen tetap berada di piringan sambil menunggu diangkut ke TPH dan tidak dibenarkan untuk ditumpuk semntara di sepanjang pasar pikul (ada kecendrungan brondolnya ditinggal dipiringan atau tercecer di pasar pikul).

-Tangkai buah dipotong rapat (<2 cm dari potongan terdekat dengan sisi permukaan buah) tetapi jangan sampai terkena tandan, Kemudian di buang kegawangan. Jika berat tandan 10 kg, Maka pemotongan tangkai harus rapat mengikuti cara potongan v-cut ( berbentuk v) menggunakan kampak khusus. Pemotongan tangkai ini dilakukan dipiringan sebelum buah diangkut ke TPH.

-Pelepah disusun sesuai ketentuan penyusunan pelepah. Tidak dibenarkan adanya pelepah sengkleh akibat pemotongan buah.

-Semua brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah harus dikorek/disogrok.

-TBS di susun secara teratur di TPH , misalnya 5 atau 10 TBS per baris (memudahkan penghitungan ) dan semua TBS diberi nomor pemanen apabila seluruh TBS ancak tersebut telah keluar. Susunan TBS di buat terpisah untuk pemanen yang berlainan pada TPH yang sama.

-Kutip/kumpulkan seluruh brondolan , brondolan harus bebas dari sampah dan batu.

-Brondolan di kumpulkan dalam satu tumpukan tersendiri disamping TBS di TPH dengan dialasi karung.

Ada 8 lokasi yang perlu diperhatikan untuk mengurangi brondolan yang tertinggal yaitu:
-Brondolan di ketiak pelepah.
-Brondolan dipiringan.
-Brondolan di gawangan/rumpukan.
-Brondolan di pasar pikul.
-Brondolan di parit dan pinggir parit.
-Brondolan di TPH.
-Brondolan di jalan.
-Brondolan di bak truk atau trailer.

4-Pengumpulan TBS dan brondolan ke TPH.
TBS yang telah di potong dan disusun dengan rapi di TPH dan di beri nomor pemanen. Nomor pemanen dan jumlah janjang di tulis pada tangkai buah yang sudah dipotong. Brondolan di kumpulkan ke TPH dengan di beri alas karung dan diberi nomor pembrondol serta jumlah tumpukan brondolanya.
Brondolan harus bersih dari sampah, batu atau tanah. Krani panen harus memeriksa buah dan brondolan serta mencatatnya sebelum dikirimkan ke pabrik (PKS).

Terima kasih.

Penulis Turyono.

Populer viewer