Karakteristik media tanam yang digunakan sama dengan media tanam pada prenursery. Tanah harus disaring melalui saringan 1,5 cm X 1,5 cm untuk menghindari adanya gumpalan-gumpalan tanah, sampah dan akar tanaman.
b. Ukuran Polybag.Ukuran polybag untuk main-nursery adalah 0,15 mm x 40 cm x 50 cm lay flat (setelah disi tanah diameter 23 cm dan tinggi 39 cm) berwarna hitam dengan empat baris lubang perforsi berjarak 5 cm x 5 cm. Letak lubang di mulai dari tengah kantong plastik bagian bawah.
Untuk bibit cadangan sisipan sebanyak 5 % di tanam pada polybag ukuran 0,18 mm x 50 cm x 60 cm.
Ketebalan polybag harus merata, hal ini dapat dilihat dengan cara mengamatinya di balik sinar matahari, apakah ada bagian yang gelap (tebal) dan terang (tipis). Kelenturan polybag harus cukup agar tidak rusak terkena sinar terik matahari.
c. Pengisian Polybag.
Pengisian polybag harus diselsaikan minimal 4 minggu sebelum pemindahan bibit dari Pre-Nursery. Pengisian dilakukan dengan mengguncang polybag untuk memadatkan tanah dan isi sampai mencapai ketinggian 2,5 cm dari bibir Polybag. Hindarkan pemadatan tanah dalam polybag dengan cara menekan kuat kearah bawah. Untuk memadatkan tingkat kepadatan tanah yang stabil, perlu dilakukan penyiraman setiap harinya.
d. Penempatan Polybag.
Sebelum polybag di tempatkan, terlebih dahulu dilakukan pemancangan dengan bantuan meteran dan kawat licin atau tali rami untuk acuan pancangnya.
Polybag ditempatkan dengan jarak 90 cm segitiga sama sisi, sedangkan polybag yang dipersiapkan untuk penyisipan sebanyak 5% ditempatkan dengan jarak 150 cm, segitiga sama sisi. sehingga dapat membedakan bibit yang nantinya di pergunakan untuk proses penyisipan.
e. Transplanting.
Peralatan dan bahan yang diperlukan:
-Pisau silet/cutter, untuk menyayat polybag.
-Kotak kayu sebagi tempat bibit.
-Kereta dorong.
Tata cara transplanting adalah sebagai berikut:
-Satu hari sebelum transplanting, siram tanah large polybag sampai jenuh air, guna memudahkan pembuatan lubang tanam pada ke esokan harinya.
-Sebelum dilakukan transplanting, tanah di polybag harus dilubangi menggunakan alat pelubang dengan kedalaman 20 cm atau menyesuaikan ukuran baby polybag.
-Masukan 200 gram pupuk rockphospate ke dalam lubang tanam.
-Sebelum transplanting, bibit di pre-nursery disiram terlebih dahulu.
-Susun bibit kedalam masing-masing kotak kayu dan angkut ke lokasi main-nursery.
-Letakan bibit dengan hati-hati satu persatu disamping masing-masing large polybag.
-Sayat baby polybag secara vertikal disepanjang sisinya menggunakan cutter, selanjutnya keluarkan bibit lengkap dengan tanahnya dengan hati-hati dan masukan kedalam lubangtanam pada large polybag.
-Tekan sedikit untuk memadatkan tanah dan lakukan penambahan tanah sehingga permukaan tanah dari baby polybag sama dengan permukaan tanah large polybag atau 5 cm di bawah bibir large polybag.
-Siram secukupnya segera setelah transplanting.
f. Penyiraman.
Penyiraman minimum setara dengan curah hujan 8mm per hari atau 2 liter air per polybag per hari.
Pengairan bibit menggunakan sistem pengairan berkabut (mistirrigation). Air yang digunakan harus bermutu baik dan bersih Phnya seimbang.
g. Pemberian Mulsa.
Jenis mulsa yang disarankan adalah cangkang, apabila tidak tersedia cangkang dapat juga di gunakan fiber, janjang kosong atau potongan lalang kering. Mulsa di berikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera setelah penanaman.
h.Pengendalian gulma, hama dan penyakit.
Pengendalin gulam meliputi kegiatan sebagai berikut:
-Pengendalian gulma sebelum penempatan polybag. Pengendalian gulma ini menggunakan herbisida dan dilakukan sebelum levelling dan persiapan pembibitan.
-Pengendalian gulma di dalam polybag. Pengdalian gulma ini dilakukan secara manual setiap bulanya sampai umur bibit 10-11 bulan.
-Pengendalian gulma diantar polybag. Pengendalian ini dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan herbisida. Untuk menghemat biaya biasanya menggunakan herbisa. Pada tahap selanjutnya pada saat bagian tajuk bibit sudah menaungi, pengendalian gulma tidak diperlukan lagi. Untuk menghindari kerusakan bibit oleh herbisida, maka sebaiknya menggunakan herbisida dengan bahan aktif paraquat. Disarankan untuk menggunakan floodjer nozzle karena arahsemprotan bisa di modifikasi sehingga sasaran penyemprotan dapat dicapai dan mengurangi kemungkinan bibit terkena semrotan herbisida maka dapat menggunakan pelindung.
-Stelah penyemprotan tidak di perkenankan dilakukan penyiramn, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 6 jam.
i.Pemupukan.
Pemupukan organik menggunakan kotoran sapi atau ayam tidak direkomendasikan, karena kotoran yang tidak tercampur merata dengan tanah akan menyebabkan pertumbuhan bibit tidak seragam sehingga akan menyulitkan proses seleksi bibit.
Aplikasi pupuk dilakukan dengan cara menaburkan secara melingkar dengan radius 3 cm dari leher bibit. Hindari kontak langsung pupuk dengan leher dan daun bibit karena dapat menyebabkan terbakar.
Untuk tanah yang strukturnya padat, dapat diikuti dengan pengemburan permukaan tanah untuk mempermudahkan pergerakan nutrisi dan air. Dosis dan jadwal pemupukan dapat di rekomendasikan dari petunjuk budidaya kelapa sawit atau pedoman teknis.
j. Seleksi.
Seleksi bibit di main-nursery dilaksanakan pada saat bibit berumur 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan pada saaat pengiriman bibit kelapangan. Jumlah bibit yang di afkir selama di main-nrsery sekitar 10-15%.
Tata cara seleksi bibit adalah sebagai berikut:
-Bibit afkir di keluarkan dari blok bibitan dan dimusnahkan.
-Bibit yang masih meragukan di beri tanda dengan cat warna putih (cat air) pada polybag.
-Jumlah bibit yang di afkir harus dicatat dalam format yang telah ditentukan dan dibuatkan berita acaranya di lengkapi foto dokumentasinya.
Beberapa ciri bibit abnormal di main-nursery dengan ciri -ciri sebagai berikut.
-Chimaera.
Chimaera juga terjadi di main nursery denga ciri yang sebagian/seluruhnya berwarna kuning terang.
-Runt/Stunted (kerdil).
Bibit yang pertumbuhanya vegetativenya lebih lambat di bandingkan dengan bibit sehat seumuranya.
-Erect.
Bibit dengan daun yang tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/tajam terhadap sumbu vertikal sehingga terlihat tumbuh tegak. biasanya anak daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit terhadap tulang daun ( acute pinnae insetion) dan terlihat sangat kaku.
-Limp or Flaccid Form (bibit yang layu dan lemah).
Bibit dengan pelepah dan helai anak dauan yang terlihat lemah dan layu, penampilan bibit secara keseluruhan pucat dan pertumbuhan daun muda cenderung lebih pendek.
-Flat Top Form.
Bibit dengan pelepah baru yang tumbuh dengan ukuran yang lebih pendek dari pada pelepah yang lebih tua sehingga tajuk bibit terlihat rata.
-Short Internode.
Bibit dengan jarak antar anak daun terlihat sangat dekat dan bentuk pelepahnya tampak sangat pendek.
-Wide Internode.
Bibit dengan jarak antar anak daun yang terlihat sangat lebar. Bibit tampak sekali terlihat terbuka dan lebih tinggi dari normal.
-Narrrow Leaf (anak daun sempit).
Bibit dengan helai anak dau sempit dan tergulung sepanjang alur utamanya (lidi) sehingga berbentuk seperti jarum, dan biasanya tumbuh membentuk sudut yang tajam dan rakhis.
-Juvenile (anak daun tidak terpisah).
Bibit dengan anak helai daun yang tetap bersatu selurunya sampai besar tidak terpisah berhelai.
-Crinkled Leaf (daun berkerut).
Crinkled Leaf juga disebut terjadi di main-nrsery dengan ciri fisiknya daunya yang berkerut seperti kipas.
-Crown Disease.
Bibit dengan pelepah bengkok, melintir dan mudah patah. dan bibit yang terserang hama berat dan juga terserang penyakit harus di afkir.
Terima kasih.
Penulis Turyono